Kuliah WA #10 : Pengalaman Mendorong Kredit UMKM melalui Kupedes BRI

WhatsApp Image 2017-04-03 at 1.28.59 PM

Nama lahir : Didik Junaidi Rachbini
Lahir : 2 September 1960 (umur 51)
Pamekasan, Indonesia
Pekerjaan : politikus, anggota DPR RI, Dosen
Pasangan : Dr. Ir. Yuli Retnani
Anak : Eisha Maghfiruha Rachbini; Fitri Nurinsani Rachbini; Imam Maulana Rachbini
Pendidikan
* S1 IPB (1983)
* S2 Msc. Central Luzon State University Filipina (1988)
* S3 Ph.D Central Luzon State University Filipina (1991)
Pengalaman Kerja – Pendidikan
* Asisten dosen IPB (1982-1983)
* Dosen IPB (1983-1985)
* Dosen Universitas Nasional (1993-1994)
* Pembantu Rektor I, Univ Mercu Buana Jakarta (1997)
* Dosen Pascasarjana Universitas Indonesia (1993-sekarang)
* Dekan Fakultas Ekonomi Universitas Mercu Buana (1995-1997)
* Wakil Rektor Universitas Mercu Buana (1997-2004)
* Pendiri dan Pengajar di Universitas Paramadina Mulya (1995-sekarang)
* Dosen Program Magister Manajemen UI dan MPKP UI(1998-sekarang)
Pengalaman Kerja – Non Pendidikan
* Peneliti LP3ES, Jakarta, (1985-1994)
* Konsultan FAO (1990-1991)
* Kepala Program Peneliti LP3ES (1991-1992)
* Wakil Direktur LP3ES (1992-1994)
* Konsultan UNDP (1993-1995)
* Direktur INDEF (1995-2000)
* Ketua Majelis Wali Amanat Institut Pertanian Bogor, 2007-2012
* Ketua Yayasan Paramadina (Universitas), 2006-2011
* Wakil Ketua Yayasan Menara Bhakti (Universitas Mercu Buana), 2005-2009
Pengalaman Organisasi
* Ketua HMI Cabang Bogor (1982-1983)
* Ketua Pengurus besar HMI (1984-1985)
* Pengurus Pusat ICMI (1995-2000)
* Pengurus Pusat HA IPB (1998-2003)
* Pengurus Pusat PERHEPI (1997-2001)
* Anggota ISEI (1990-sekarang)
* Anggota KKPU (1999-2003)
* Anggota Majelis Pendidikan Tinggi Nasional (1998-2003)

Moderator : Sesuai UU No 1 tahun 2016 telah lahir UU Penjaminan bagaimana menurut bapak kalau kita kaitkan dengan judul kita malam ini mendorong kredit umkm dengan  terbitnya UU Penjaminan tersebut

Salah satu kendala paling krusial dari pengembangan UMKM sekarang adalah jaminan. Usaha kecil pada umumnya tidak memiliki aset yang cukup untuk menjaminkan usahanya jika mengambil kredit dari bank atau lembaga keuangan lainnya. Dari judul tersebut saya akan bercerita bagaimana kredit kecil dibangun di Indonesia,  yang dimulai dari Bank BRI dan kemudian diadopsi bank-bank korporasi lainnya. Kredit kecil ini kemudian meluas ke seluruh penjuri tanah air. Lalu pemerintah mengadopsi lebih luas dengan program KUR, yang basisnya adalah Kupedes atau kredit usaha pedesaan. sistem jaminan kredit kemudian diundangkan untuk memperkuat UMKM.

di masa lalu ketika ekonomi tumbuh hebat tahun 1989-an hampir seluruh kredit perbankan adalah kredit korporasi dan kredit besar. seluruh perbankan Indonesia fokus ke kredit besar tersebut karena manajemen kredit besar sangat efisien dan pengusaha besar dianggap paling bankable – layak bank. Padangan ekonomi menyatakan bahwa usaha mikro terutama adalah tidak bankable karena itu normal dijauhi oleh perbankan. Ada satu bank yang memang ditugaskan plemerintah untuk membatu kredit umkm, yaitu bank BRI. Dari sini asal muasal kredit kecil yang bernama Kupedes tersebut, yang sumber dananya berasal dari Simpedes – simpanan pedesaan.

Apa kejebatan kredit kecil? Pertama pada waktu krisis tahun 1998 seluruh perbankan hancur karena kreditnya macet mendadak akibat krisis kurs. tetapi sisi kredit korporasi dari BRI tetap tegak berjalan karena basisnya adalah kredit kecil. kredit korporasi di BRI pada saat itu juga hancur seperti bank-bank lainnya. Kedua, BRI karena basis kreditnya kuat. maka sekarang menjadi bank nomor satu dengan aset paling besar. mengalahkan gabungan beberapa bank, ini bukan promosi BRI tapi karena saya menulis kan riset kupedes persis ketika belum krisis.

Kupedes pada dasarnya adalah kredit tanpa jaminan, yang memang dirancang untuk masuk ke sektor mikro yang paling kecil. Masuk ke lapisan ini mustahil untuk bisa mangambil jaminan karena mereka yang berusaha dengan modal kecil praktis tidak punya apa pun utuk dijaminkan.

Bankir BRI di desa hadir tidak seperti bankir pada umum ya tetapi hadir sebagai peneliti yang melakukan research action mendekati nasabahnya. syarat pertama untuk masuk ke mereka bukan bicara bisnis tetapi meneliti siklus bisnis mereka yang kecil tetapi quick yeilding. setelah mengenalkan bisnis mereka, maka si bankir melakukan perhitungan untung rugi lalu tahu bahwa bisnis ini untung tapi pengelolaan kurang profesional.

Baru bankir dan usaha mikro yang bersangkutan melakukan deal bisnis kredit dengan tanpa jaminan apa-apa. ya usahanya itulah yang menjadi jaminan. karena si bankir tahu persis dinamika usahanya, maka tahu pulalah prospek bisnisnya. Dalam kasus ini bankir di bank desa atau dikenal dengan nama BRI Unit  berperan sebagai penyulih juga sehingga memodernisaaikan pemikiran umkm kampung. Mereka lah yang melakukan monetesasi dan  modernisasi ekonomi keuangan di desa, yang sekarang sudah cukup berkembang. bankir dan nasabahnya menyatu seperti ikan dan air sehingga dgn tanpa jaminan NPL Kupedes paling cuma 0,5 persen jauh lebih rendah daripada NPL kredit umum di bank sekarang, yang berkisar 3-4 persen. Yang merancang kupedes bukanlah seorang bankir, tetapi sosiolog yang memang diminta BRI bagaimana mengenalkan nasabah kecil. bankir normal tidak punya pikiran bahwa usaha informal bisa masuk bank. mereka sudah wajar menjadi nasabah money lender di pedesaan dengan bunga 200-300 persen setahun atau 20 persen sebulan.

Moderator: luar biasa ya pak didik, pendekatannya melalui ilmu sosiolog

Kupedes juga merupakan jelmaan dari kredit negara yang gagal, yakni kredit bimas yang NPL-nya lebih dari 50 persen di masa lalu. Ada banyak moral hazard dalam kredit negara. Lalu BRI banting dengan merancang kredit kecil yang rasional dan mereka yang kecil bisa diajak berbisnis. Kredit kecil yang mendapat nobel hebat adalah kredit grameen bank dari prof M Yunus. itu tidak seberapa dibandingkan dengan kehebatan Kupedes di seluruh tanah air. pemberi nobel itu salah atau kuper, atau sebaliknya kita punya sistem hebat tapi yang punya kuper luar biasa.

Bagaimana membuat npl rendah? BRI menerapkan sistem unit banking. sementara itu bank-bank lain menjalankan sistem branch banking. apa bedanya? sistem unit banking di kecamatan dan di desa berdiri sendiri sebagai unit mengambil dana dari situ dan diguyurkan ke situ. jadi kalau salah  memberi kredit dan  macet maka unit itu sendiri yang bangkrut. jadi secara independen bertanggung jawab sendiri. sementara branch banking tergantung pusat

Moderator: Kalau di sandingkan dengan KUR yang notabene juga merupakan program pemerintah, bagaimana menurut pak didik keberhasilannya

Program KUR sejak masa SBY sesungguhnya mulai dari BRI sebagai perluasan dari sistem Kupedes yang sudah berjalan puluhan tahun. lalu diikuti oleh bank-bank lain karena si kecil yang dulu oleh bankir dianggap tidak bankable sekarang berebut masuk kredit kecil

Moderator: kesemuanya itu saat ini akan lebih mudah dengan adanya penjaminan dr Jamkrindo, karena masing-masing penyalur KUR Saat ini target KUR besar sekali. Semua petugas bank berusaha mengejar volume KUR tersebut.

Moderator: selanjutnya kalau kita boleh melihat gambaran saat ini bahwa keberhasilan umkm tersebut bertahan dari badai krisis tetapi tidak membuat mereka itu naik kelas itu faktornya kenapa ya pak didik

Naik kelas ada memang belum besar belum banyak, tetapi kredit kupedes dalam topik kita adalah sebuah revolusi berpikir, sekarang PR-nya adalah bagaimana mereka naik kelas?.
menurut saya dalam riset seperti itu juga, hambatan UMKM ada 3 paling tidak, pertama adalah akses terhadap finansial, ini yg kita bicarakan, kedua akses terhadap pasar, ketiga adalah manajemen dan teknologi. Yang pertama sebagian sudah kita atasi tetapi karena penduduk kita besar maka monetesasi di desa perlu lebih agresif. Kupedes dan kur yang sudah berkembang masih belim cukup utk menjangkan seluruh wilayah Indonesia. Kedua akses pasar masih menjadi kendala karena retail dikuasai oemodal besar. negara harus ikit campur, wajibkan mereka peritel besar utuk menyediakan 30 persen dari ruang retailnya utk umkm, bukan akses terhadap pasar ekspor lemah karena masalah pendidikan dan bahasa, yang ketiga juga masalah ukm yang tidak mudah.

“berapa aset dan jaminan yang sudah dirilis jamkrindo?”

WhatsApp Image 2017-04-13 at 9.39.04 PM.jpeg

volume panjaminan naik 35 persen bagus sekali….. demandnya besar. hebat prospeknya menjanjikan. saya bercerita bisnis pokok BRI adalah kredit UMKM sekarang asetnya mencapai 1000 trilyun rupiah. profit tahunan mencapai 25 trilyun rupiah. jadi bicara rakyat kecil sama dengan bicara modal raksasa. saya berpesan agar teman-teman di jamkrindo bekerja dengan hati dan akan banyak yang tertolong dengan program ini. Insyaallah dijanjikan pahala kebaikan dan syurga juga. Menjadi tiang atau pilar yang menguatkan dan menjadikan umkm bisa naik kelas dengan menerima kredit lebih besar. tapi tidak hanya itu sistem produksinya harus kontinyu, kualitas harus prima, dst.
Ada faktor perilaku, coba perhatikan nasehat Bob Sadino. Teman-teman penjual sayur di puncak punya masalah dengan packing. padahal dengan packing nilai sayur naik 200 persen. bukan hanya itu mereka tidur di atas sayur ketika mengangkutnya ke jakarta. tambah rusak sayur itu dan nilainya rendah, ini budaya miskin.

Saya tambahkan strategi pendekatan sosiologis dari Kupedes adalah mendekati secara geografis dan secara sosiologis, secara geografis dan tempat adalah membangun kantor-kantor BRI di pasar-pasar yang dekat dengan nasabah. secara sosiologis BRI membangun Unit bukan sebagai kantor bank yang megah eksklusif tapi masuk ke pasar-dengan kios sama persis dengan kios-kios pasar.

Jadi apa kunci keberhasilan kupedes, mengapa npl hampir nol, mengapa bisa tanpa jaminan? jawabnya adalah pendekatan sosiologis dari semua yang saya ceritakan di atas. kuncinya adalah trust kepercayaan nasabah terhadap banknya dan kepercayaan bank terhadap nasabahnya. mengapa timbul trust karena bankirnya hadir menjadi teman, mitra, dan bisnis umkm adalah bisnis bri kupedes

Moderator: oya pak didik, apakah keberpihakan pemerintah kepada umkm dlm bentuk regulasi sdh mencukupi.

keberpihakan pemerintah terhadap umkm lebih dari cukup. tapi kita memerlukan peranan pemerintah yang tidak berlebihan sebab bahaya. contoh. pemerintah terlalu jauh intervensi suku bunga ini tidak baik karena jika terlalu rendah, maka bank menjadi lemah. patokan pemerintah 1 digit. itu tergantung makro ekonomi. jika pemerintah gagal menjaga stabilitas makro dan inflasi tinggi maka meminta suku bunga 1 digit sama dengan menjerumuskan bank.

Moderator: bapak sdh hampir 1 Jam pak didik menyampaikan materinya dan sungguh sangat memberikan ilmu yg sangat mendasar bagi kami dari mana mulainya Kupeses itu di racik oleh BRI sehingga saat ini menjadi tumbuh dan berkembang dengan bentuk dan siatim yg beragam dan diminati eh semua pihak. Selanjutnya izinkanlah kami memasuki sesi ke 2 yaitu sesi pertanyaan ya Pak Didik.

awalnya dari pak harto dimana bri diminta menyalurkan kredit Bimas untuk petani. swasembada pangan berhasil karena dukungan teknologi benih, irigasi, penyuluhan, pupuk, dan kredit bimas dari BRI. tapi kredit bimas macet total. dari kegagalan ini bri banting stir mengubah strategi supply leading ke demand following. supply leading karena pemerintah mau swa sembada pangan dan inisiatif dari pemerintah, tapi lalu diubah menjadi demand following ykni mencari bisnis apa di kalangan umkm yg perlu suntikan kredit. Ratusan kantor BRI diberdayakan dengan pendekatan baru seperti yg saya ceritakan di atas. pendekatan sosiologis, mengubah persepsi umkm yg tidak bankable menjadi bankable, dll.

=========================Tanya Jawab==============================

*Pertanyaan Pertama dari Pak Loesdarwanto Kakanwil Surabaya* :

pertanyaan : Di Indonesia selain permasalahan agunan (seharusnya sdh tdk jadi masalah dg adanya jamkrindo).

jawab: Volume Jamkrindo masih kecil dibandingkan kebutuhan nasional, ini perlu terus ditingkatkan tapi volume naik per tahun 35 persen maka dalam 10 tahun bisa mencapai lebih 1000 trilyun.

pertanyaan : kredit produktif kepada umkmk selalu dibayangi dengan NPL yang tinggi hal ini membuat perbankan memberikan rate yang tinggi dalam pembiayaan umkmk tanpa subsidi pemerintah pada bunga (yang tentunya tidak bisa terus menerus) akan sangat sulit umkmk bersaing dalam melakukan usahanya, karen biaya produksi yang tinggi, bagaimana pandangan Bapak terhadap hal ini.

jawab: tadi 1 jam saya cerita kupedes dgj npl 0,5 persen. kalau masih ada kredit kedil dengan npl tinggi ya jangan dilanjutkan tiru saja kupedes kan gampang
*Pak Asep Rudi dr Kanca Jamkrindo Serang*:
pertanyaan :

1. Bagaimana cara untuk memastikan bahwa kredit/pembiayaan yg disalurkan kepada umkm tepat jumlah dan tepat peruntukkan.. karena banyak case terjadi,  kredit yg disalurkan bank digunakan untuk keperluan sehari2 misalnya utk biaya masuk sekolah dll..
2. Selain program KUR,  kebijakan apa lagi yang perlu dilakukan oleh pemerintah dlm memudahkan umkm memperoleh kredit/pembiayaan..

trimakasih.. 🙏🏻🙏🏻

 

 

*Eris-Kanit Bisnis Penjaminan Jamkrindo Cabang Bandar Lampung*:

pertanyaan : Apakah Pemerintah sudah membentuk Tim atau perusahaan nirlaba yang berbasis Pengembangan UMKM dengan tujuan untuk membimbing teknis finansial yang sederhana agar mindset dan skill UMKM semakin maju dan Membimbing dalam hal pengembangan teknologi dan manajemen sederhana untuk UMKM?

jawab : saya sudah sebut tadi pendekatan bankir BRI unit berperan sebagai peneliti action research, meneliti lalu action. Kalau yg diteliti tidak layak tidak action. juga berperan sebagai penyuluh dengan membuat neraca sederhana untung rugi umkm. menurut saya harus kebih dari itu. pemerintah daerah yang harus membuat penyuluh utuk bisnis umkm

Usul : Di Indonesia kan banyak juga akademis2 yg memiliki skill dan pola pikir yg sudah bagus. Baiknya universitas di bidang ekonomi/keuangan/Bisnis/manajemen/TI. Nah dari situ universitas bisa memberikan Program utk mahasiswa/wi dalam PKL di lingkungan UMKM. Terus Pemerintah mendirikan perusahaan nirlaba sebagai konsultan khusus utk UMKM yg jaringan dapat disebar di seluruh pelosok.

jawab: setuju dengan usulan ini

 

*Pertanyaan dari Ibu Silvya dr Cab Pontianak* :

pertanyaan : Assalamualaikum Pak Didik……
Seperti yg kita ketahui bhwa BRI sebagai Bank Pelaksana KUR mendapatkan amanat utk tetap menyalurkan kredit KUR dimana subsidi Bunga KUR  lebih rendah dibandingkan bunga Kupedes BRI… Bagaimana pandangan Bapak tentang hal ini apakah BRI masih bisa mempertahankan produk unggulannya sendiri yaitu Kupedes mengingat calon debitur berebut mengambil kredit KUR dengan subsidi bunga yg lebih rendah….🙏🙏🙏

jawab : seperti saya katakan bahwa kredit kecil perlu manajemen lebih berat krn lebih kompleks. karena itu tingkat suku bunga lensing bisa sampai 20 persen lebih. ini menurut saya bisa diefisienkan  lagi. tapi untuk sampai 1 digit itu tidak masuk akal. kalau y percaya suruh saja pemerintah menggantikan dirut BRI. tapi jalan tengahnya pemerintah memberikan subsidi terbatas sekali. jangan subsidi penuh spt kredit bimas yang menimbulkan moral hazard.

jawab: saran saya pemerintah jangan campur tangan telalu jauh. tapi saran utk efisienkan bank sangat boleh krn suku bunga si indonesia teegolong tertinggi di dunia. biarkan bank menemukan keseimbangannya sendiri. dengan skim sekarang sepertinya sdh pas ya Pak Didik, yg disalurkantetap DP3 Perbankan dan Di Jamin Jamkrindo, insya Allah meminimalisir moral hazard tadi.

*Pertanyaan dari Ibu Erna Kadiv Renbang* :

pertanyaan : Pak Didik, Selama berpuluh puluh tahun Pemerintah selalu mengedepankan program pengembangan UMKM, dari penyediaan akses permodalan maupun bantuan manajemen. Namun jumlah UMKM yg naik kelas masih sangat terbatas bahkan sepertinya belum ada yg menjadi usaha besar yg menguasai pasar secara solid. Hal yersebut menunjukkan adanya permasalahan mendasar yg belum tersolusikan dlm pengembangan UMKM. Pemerataan  pemberian kesempatan berusaha yang belum maksimal, sepwrtinya perlu menjadi fokus Pemerintah dalam hal ini, shg semua upaya pengembangan UMKM akan mjd lebih optimal.

Mohon tanggapan Pak Didik

Jawab: ini nasehat profesor saya dari IPB. jika anda ingin tahu ekonomi, maka harus tahu politik. politik dan negara masih di permukaan belum berani lebih adil. misal akses terhadap tanah dan modal masih terbatas pada usaha besar. tanah dikuasai pemodal besar. akses terhadap ruang di kota dan pasar masalah. ini politik. Tapi hambatan terbesar sebenarnya pendidikan. 65 persen rakyat kita masih smp ke bawah. kita perlu 20-30 thn lgi agar generasi baru yg berpendidikan lebih bagus dlm mendorong dunia usaha. Jadi harus multi approah… kebijakan bisnis dan politik, pendidikan, sdm, teknologi, manajemen, akses finansial, dll.  seperTi kita mau sehat tidak cukup obat dari dokter, tapi harus disiplin Olah raga, makanan sehat, tidur teratur, jangan stress dll.

Ibu Erna: Sepakat pak Didik, dlm kesempatan  mengakses bahan baku dg harga yg sama pun UMKM tkadang msh dibedakan dg pengusaha lainnya.
Terimakasih Pak Didik, atas tambahan wawasan dan pengetahuannya, semoga mjd amalan ilmu yg bermanfaat bagi Pak Didik, Aamiin

Moderator: baik bapak, klu boleh ini permintaan terakhir mhn kesimpulannya atas materi bapak dan harapan Pak Didik Utk Jamkrindo. Sembari menikmati perjalanan dg kereta cepat london – birmingham.

Jamkrindo lahir dari kehendak suci membantu umkm, sy lihat pertmbuhan penjaminan sangat tinggi, sy yakin tidak lama lagi menjadi lembaga besar bahkan raksasa. ini tugas mulia di tengah kesenjangan yang berat. selamat bekerja dan kuliah ini ide yg jitu bagus. salam

Moderator: terima kasih banyak Pak Didik atas KulWa nya saya Erwin Sugriarta Bertugas sebagai KC Banjarmasin, mengucapkan banyak maaf klu seandainya ada yg kurang berkenan dan tdk pada tempatnya, wassalam, saya mengundang Bapak ke ktr kami di Banjarmasin klu seandainya sdg berkunjung ke Banjarmasin, tks. Panggung saya kembalikan ke Ibu Nina

Alhamdulillaaah… Terima kasih sangat Prof Didik.. Luar biasa materi bapk malam ini..

Salam hormat dr Prof Ina Primiana UNPSD dan Pak Diding S Anwar, Dirut Jamkrindo utk Pak Didik….yang tetap memberikan waktunya berbagi dengan kami malam ini…dr London.

Salam hormat kami di Jamkrindo Selindo pak…kapan2 mampir ke Kanpus kami di Kemayoran pak….atau monggo berkunjung ke Jamkrindo di daerah…kami ada di 56 kota.

Semoga lancar semua urusan Bapak di London dan kembali ke Jakarta dengan selamat.


Leave a comment